Kerinci
Inspirasi. (Red), Untuk menambah wawasan kita tentang kearifan lokal bangsa Indonesia
kali ini Kerinci Inspirasi mengajak pembaca untuk mengetahui kehidupan suku
talang mamak yang tersebar di beberapa derah di Jambi dan Indra Giri Riau. Berikut
tulisan kerinci inspirasi tentang kehidupan suku ralang mamak yang unik dan
masih tradisional.
Suku Talang Mamak adalah
Suku pedalaman di daerah Jambi. Suku ini tersebar
di 4 kecamatan yaitu Batang Gansal, Cenaku, kelayang dan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu dan di Dusun Semarantahin, Desa Suo-Suo Kecamatan Sumai,
Kabupaten Tebo. Talang memiliki arti Ladang dan mamak itu adalah Ibu. Secara
umum Talang Mamak memiliki arti ladang milik ibu. Masyarakat Talang Mamak
merupakan golongan proto Melayu atau melayu kuno. Suku Talang Mamak biasa di
sebut “Suku Tuha”. Mereka adalah suku yang datang pertama di Indragiri dan
berhak atas sumber daya. Pada tahun 200, jumlah masyarakat Talang Mamak sekitar
6418 jiwa.
Sejarah asal usul masyarakat Talang Mamak
lahir dari cerita rakyat tentang Putri Pinang Masak. Konon, hidup tujuh pasang
putra-putri yang lahir kembar di Indragiri. Ketujuh putra menjadi sesosok yang
gagah berani dan ketujuh putri menjadi gadi jelita dan cantik. Salah satu putri
yang cantik adalah Putri Pinang Masak.
Dalam segi kepercayaan, mayoritas suku
Talang Mamak masih memeluk agama kepercayaan yaitu Animisme. Ada pula yang
sudah beragama lainnya seperti Islam dan Kristen. Agama kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat talang Mamak disebut Langkah lama. Ada lima kebiasaaan adat
dalam agama ini yaitu sunat dan mengasah gigi, menyabung ayam, berjudi,
berdukun bekumantan, mengadakan pesemahan (pemujaan kuburan keramat dengan
mengorbankan hewan).
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Talang Mamak masih mempertahankan tradisi adat seperti ranbut panjang, memakai
sorban, giginya bergarang (hitam karena menginang). Selain itu, masyarakat
Talang Mamak memiliki sifat sopan, jujur dan tidak mau mengganggu orang lain,
bahkan untuk menghindari konflik masyarakat talang Mamak lebih baik menghindar.
Untuk urusan yang berhubungan dengan alam, masyarakat Talang Mamak hidup damai
dan menyatu dengan alam. Kondisi itu juga dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat
Talang Mamak yang bergantung pada hutan.
Pada daerah di Dusun Kerampal, masyarakat
dari Suku Talang Mamak yang tinggal disana masih tergantung pada
tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari, khususnya bahan obat.
Berdasarkan sejarah Masyarakat Talang Mamak, ada dua kelompok dalam suku ini yaitu Talang Mamak Sungai Limau yang bertempat tinggal di daerah alir sungai Limau dan Sungai Cenaku. Kelompok Talang Mamak Sungai Gangsal yang bertempat tinggal di daerah aliran Sungai Gangsal dan sungai akar di lingkungan pegunungan bukit tiga puluh.
Untuk sistem kekerabatan , masyarakat
Talang Mamak menganut sistem Matrilineal. Jabatan seperti batin, penghulu,
mangku, monti serta warisan harta pusaka diturunkan kepada anak laki saudara
perempuan. Rumah tangga terbentuk dari keluarga inti yang membuat rumah di
sekitar tempat tinggal orang tua istri. Dalam segi kepemimpinan masyarakat
Talang Mamak Memiliki kepenghuluan yang dipimpin oleh batin atau penghulu adat.
Selain itu masyarakat tersebut memiliki pemimpin yang memiliki gelar Datuk
Patih.
Masyarakat Talang
Mamak merupakan golongan proto Melayu atau Melayu Tua. Suku Talang Mamak biasa
di sebut “Suku Tuha”. Mereka adalah suku yang memang konon datang pertama di
Indragiri dan “berhak atas sumber daya”. Pada tahun 2010, jumlah masyarakat
Talang Mamak sekitar 6418 jiwa.
Dalam urusan yang berhubungan dengan alam, masyarakat
Talang Mamak hidup damai dan menyatu dengan alam. Masyarakat Talang Mamak
sangat menjaga amanah nenek moyang yaitu menjaga hutan. Selain itu, eksistensi
hutan dapat memberi kehidupan bagi Masyarakat Talang Mamak serta kondisi itu
juga dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat Talang Mamak yang bergantung pada
hutan. Masyarakat Talang Mamak mempercayai pada kekuatan alam terutama “Hutan
Keramat”.
Pohon-pohon di Hutan Keramat dipercayai sebagai sumur
kehidupan yang menyimpan semua energi dari alam. Kehidupan, pencarian makanan,
pencarian obat-obatan dan pengobatan, pengampunan dosa, dan pemakaman berpusat
di Hutan Keramat. Selain itu, tidak semua orang dapat memasuki kawasan Hutan Keramat.
Masyarakat Talang Mamak mempercayai bahwa hutan-hutan yang ada ditempati oleh
roh-roh. Dalam aturan masyarakat Talang Mamak, ada pembagian hutan yang
berdasarkan kondisi hayati dan fungsi. Hutan dibagi menjadi hutan leukar, perimban, (perimbaan), rimba puaka (hutan
larangan) dan puhun (hutan lindung).
Selain itu, Masyarakat Talang Mamak menganggap bahwa
harimau adalah Dewa atau Datuk. Berdasarkan tradisi lisan masyarakat
Talang Mamak, hewan ini berasal dari seorang anak manusia yang dikutuk ayahnya
karena bandel, sehingga diusir ke hutan. Dalam belantara itu ia kemudian
menjadi penguasa atau disebut juga raja hutan. Setelah menjadi raja hutan, ada
perjanjian dengan manusia bahwa jika menyebut Datuk berarti saudara dan ia
tidak menampakkan diri. Namun, jika menyebut Harimau berarti musuh. Hingga
kini, jika bertemu Harimau dalam hutan, mereka memanggilnya Datuk.
Begitu kuatnya pengaruh Datuk, muncul keyakinan pada
Orang Melayu dan Talang Mamak bahwa jika berperilaku melanggar adat dan merusak
hutan, Sang Datuk akan marah dan memperlihatkan fisiknya. Bagi masyarakat
Talang Mamak, dewa harimau berfungsi menjaga kerukunan masyarakat dan
keseimbangan makhluk di bumi, manusia, hewan, dan alam. Keseimbangan alam,
karena itu, perlu dijaga dan Harimau punya hak hidup di alam yang dihuni
manusia.
Bahasa
Talang Mamak (serta Bahasa Sakai) termasuk
dialek Bahasa Kerinci. Bahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi harian
adalah melayu Talang atau melayu tinggi, tidak ada tingkatan bahasa pada
komunitas ini. Bahasa ini ada sedikit perbedaan dengan bahasa melayu pada
umumnya. Ada beberapa istilah dan sebutan yang berbeda.
Mata pencarian utama masyarakat Talang Mamak adalah
menanam padi di ladang beserta menanam sayuran dan palawija. Para lelaki masih
melakukan kegiatan berburu, meramu di hutan dan menangkap ikan di sungai.
Selain itu, mata pencaharian lainnya jika hasil ladang sudah habis adalah
menyadap getah karet. Semua hasil itu akan dijual melalui seorang
perantara untuk dibawa ke produsen yang lebih besar. Kegiatan bertani dilakukan
dengan sistem ladang berpindah. dimana mereka masih mempercayakan kekuatan gaib
yang kuat dan berpengaruh pada pola perpindahan dan pembukaan ladang serta
penentuan hari bercocok tanam.
Masyarakat Talang Mamak memiliki berbagai bentuk
Kesenian diantaranya adalah pencak Silat, Tari Badai Terbang, Tari Bulian, dan
main Ketebung. Selain itu, diantaranya adalah berdendang dan bernyanyi,
nyanyian dinyanyikan bersama-sama dan sangat tergantung pada situasi (sedih,
riang, senang) biasanya disampaikan dalam bentuk pantun. Di tempat lain ada
juga tarian Rentak Bulian yang biasa dilakukan secara bersama-sama baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi tarian ini bukan asli masyarakat talang
merupakan tari kresasi. Tarian ini dilakukan ketika ada pesta bagawai (pesta
pernikahan) dan dalam rangka pengobatan. Selain itu kesenian di atas, ada juga
kesenian pencak silat yang menandai mulai dan mengakhiri kegiatan ritual yang
diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang.
Dalam kehidupan keseharian suku Talang Mamak sudah
mengenal teknologi dalam bentuk yang sederhana terutama yang dipergunakan untuk
mengolah pertanian, perkebunan, ladang dan memasak. Dalam mengolah pertanian
menggunakan cangkul, beliung (sejenis kampak kecil yang lentur), parang dan
pisau (semua berbahan dasar besi). Alat untuk memasak menggunakan kuali, sendok
nasi yang terbuat dari kayu dan ujungnya menggunakan batok kelapa. Untuk makan
kebanyakan masih menggunakan tangan, walaupun ada juga yang sudah menggunakan
sendok. Selain gelas yang digunakan untuk minum, masih banyak yang menggunakan
kulit labu air. Masyarakat Talang Mamak pada umumnya bisa menerima pembaharuan
dalam penggunaan alat-alat teknologi modern, baik alat rumah tangga, alat
telekomunikasi dan trasportasi.
Tidak dapat disangkal, kelompok masyarakat Talang
Mamak adalah bagian yang tidakboleh dipisahkan dari masyarakat lainnya. Karena
mereka adalah sebagian dari wargamasyarakat Republik Indonesia yang berasaskan
pancasila ini, karenanya mereka pun berhakmendapatkan perlakuan yang sama dalam
menikmati wilayah dalam arti luas.
Sayangnya,selama ini kita melihat masih ada
kecenderungan sikap sebagian masyarakat kita yang memisahkan mereka dari
masyarakat lainnya, baik dalam pandangan budaya, maupun dalamkebijakan
pembinaan dan pergaulan sehari-hari. Secara nasional, terhadap kelompok ini dibakukan sebutan “Suku Terasing”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), kata “terasing” bermakna : “terpencil dan
terpisah dari yang lain”. Sedangkan dalam budaya Malayu Riau, sebutan “terasing”
mengandung pula makna “Merendahkan” atau “MemandangRendah”.
Mereka ini dipandang rendah
dan direndahkan dalam kehidupan bermasyarakat, serta disisihkan dari
pergaulan. Maka merajuk pada pengertian diatas dalam memahami
masyarakat dibutuhkan suatu pembinaan terhadap suku Talang Mamak yang tidak
dilakukan dengan semena-mena, akan tetapi harus melalui proses kajian yang
mendalam, baik untuk lebih mengenal suku Talang Mamak secara menyeluruh, maupun
untuk menyusun rancangan pembinaan yang baik, serasi dan tepat, agar
benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Talang Mamak Tersebut dalam mengatasi
diskriminasi dan potensi-potensi yang dimilikinya baik dalam segi wilayah
lingkungan hidup, pendidikan, komunikasi, ekonomi dan kesejahteraan
lingkungan adat mereka.
2 komentar
assalamualaikum..
Artikel yang menarik untuk dibaca mengenai sejarah daerah pedalaman.. gak banyak yang ingin saya tanyakan, hanya satu pertanyaan, kalau saya boleh tau apa filosofi anda tentang "Kerinci Inspirasi" ? saya tertarik, tapi juga ada tanda tanya di balik rasa ketertarikan saya. terimakasih ..
wasalam..
walaikumsala wr. wb..
salam persahabatan dari saya.....
saudari MEGA MUSTIKA MIRANI, Tentang filosofi kerinci,,,,, kerinci inspirasi saya tulis untuk menrik minat pembaca agar terinspirasi dg tulisan ini utk meningkatkan kepedulian kita akan seni budaya, sejarah, serta tk mnjadi bacaan yg positif bagi pembaca, zaman skrg bnyk perilaku negtif yg terjadi terutama pd generasi muda sprti narkoba, pergaulan bebas, tawuran dll. dg adanya bacaan ini mudahan dpt mengugah nurani masyarakat bahwa masih ada saudara kita msih hidup kurang dri kita. kerinci inspirasi ingin mengajak masyarakat mencintai budaya bangsanya serta memiliki kepedulian sosial yg tinggi terhadap saudaranya sebangsa dn setanah air .....
EmoticonEmoticon