Suku Kadipan yang
ada di Merangin sangat erat kaitannya dengan keberadaan Tummenggung Kabul
Dibukit sebagai wakil raja Jambi yang ditempatkan di Muaro Masumai. Kehadiran
Tummenggung Kabul Dibukit awalnya adalah pada waktu terjadinya perang antara
Kerinci (Kerinci Tinggi dan Rendah) dengan kerajaan Tanah Pilih Jambi sebagai
akibat dari keinginan kerajaan Tanah Pilih untuk menguasai wilayah Pucuk Jambi
Sembilan Lurah. Rakyat Kerinci merasa bahwa semenjak masa sebelumnya belum
pernah raja Jambi sampai ke Kerinci, namun tiba-tiba dengan paksa harus tunduk
kepada Raja Jambi dan harus membayar uang ‘jajah’.
Tentu saja rakyat
Kerinci tidak bersedia untuk membayar upeti dan uang jajah tersebut dan mereka
terpaksa berperang melawan tentara kerajaan Tanah Pilih, jadi bukan karena
Tiang Bungkuk berkianat kepada Raja Jambi, beliau sebagai pemimpin wilayah pada
waktu merasa bertanggung jawab kepada rakyatnya sehingga dengan mati-matian
mengkonsolidasikan rakyat untuk mempertahankan diri dari serangan raja Jambi.
Ini adalah hal yang
wajar kalau Tiang Bungkuk tidak rela rakyat harus menderita harus membayar uang
jajah dan upeti kepada raja Jambi. Peperangan dipimpin oleh Tiang Bungkuk gelar
Depati Muaro Langkap yang berpusat di Tamiai. Perang ini memakan banyak korban,
dipihak kerajaan Melayu Tanah Pilih jatuh korban sebanyak 40 orang jenang, dan
tidak terhitung tentara dan dubalang Jambi yang tewas.
Karenan Kerinci
tidak mau tunduk dan dijajah oleh kerajaan Melayu Tanah Pilih, raja kerajaan
Jambi pada waktu itu adalah Pangeran Hilan Diari meminta bantuan ke Raja
Majapahit agar mengirim panglima perang membantu perang dengan rakyat Kerinci
pada tahun 1532 masehi. Hubungan baik antara kerajaan Melayu Jambi dengan
kerajaan Majapahit telah terjadi sebelumnya karena Orang Kayo Hitam pernah
dididik di kerajaan ini dan kawin dengan anak salah seorang petinggi kerajaan
Majapahit.
Panglima perang yang
dikirim itu bernama Pangeran Tummenggung. Karena kepiawaian dalam mengatur
siasat perang akhirnya Pangeran Tummenggung dapat mengalahkan Kerinci dan
sekali gus diangkat menjadi raja Pucuk Jambi yang beristana di Muaro Masumai –
Bangko.
Setelah Tiang Bungkuk tertangkap, dengan kejam dan diluar peri kemanusiaan beliau diperlakukan semena-mena, diejek, disiksa, direndam dalam air, dan banyak kekejaman lain yang dilakukan oleh tentara kerajaan Tanah Pilih sepanjang jalan dari Kerinci sampai ke Jambi. Sesampai di Jambi beliau dikurung dan disiksa dengan kejam dan dituduh tidak tunduk kepada raja, dan nama beliau diganti dengan Tiang Bungkuk Mandugo Rajo, atau Tiang Bungkuk yang tidak tunduk kepada raja.
Setelah Tiang Bungkuk tertangkap, dengan kejam dan diluar peri kemanusiaan beliau diperlakukan semena-mena, diejek, disiksa, direndam dalam air, dan banyak kekejaman lain yang dilakukan oleh tentara kerajaan Tanah Pilih sepanjang jalan dari Kerinci sampai ke Jambi. Sesampai di Jambi beliau dikurung dan disiksa dengan kejam dan dituduh tidak tunduk kepada raja, dan nama beliau diganti dengan Tiang Bungkuk Mandugo Rajo, atau Tiang Bungkuk yang tidak tunduk kepada raja.
Sebagai hadiah dari
keberhasilan mengalahkan Kerinci tersebut Pangeran Tummenggung diangkat menjadi
Raja Pucuk Jambi Sembilan Lurah dengan penguasaan wilayah Kerinci dan Merangin.
Beliau berkuasa sejak tahun 1526-1664 masehi. Istana raja di Muaro Masumai
termasuk ke dalam wilayah Depati Setio Rajo.
Semenjak itulah Raja
Pucuk Jambi itu melaksanakan tugas memperluas wilayah kerajaan Tanah Pilih
Jambi dengan cara memberi piagam dan celak kepada daerah-daerah di kawasan
Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah sebagai tanda tunduk kepada kerajaan Tanah
Pilih Jambi, termasuk menerapkan hukum “Adat bersendi syarak – syarak bersendi Kitabullah)
di wilayah Kerinci.
Gelar-gelar depati
yang anugerahkan kepada beberapa wilayah pemekaran dari pemerintahan Depati IV
Alam Kerinci adalah gelar tinggi yang diambil dari gelar yang ada di wilayah
kedapatian Setio Rajo, Setio Beti dan Setio nyato, bukan gelar dari kerajaan
Tanah Pilih Jambi. Gelar yang diberikan kepada kedepatian Siulak dan Semurup
salah satunya adalah berasal dari gelar-gelar yang ada di wilayah Depati Setio
Rajo.
Kehadiran Pangeran
Tummenggung di Alam Kerinci disertai dengan kehadiran beberapa keluarga kerjaan
Tanah Pilih yang ditempatkan di istana kerjaaan Pucuk Jambi. Kehadiran dari
keluarga kerajaan di daerah Pucuk Jambi yang berpusat di Merangin inilah asal
muasal Suku Kadipan, yaitu garis keturunan yang diwariskan dari Pangeran
Tummenggung.
Rapat Adat di Bukit
Sitinjau Laut diwakili oleh beliau sebagai wakil dari raja Tanah Pilih Jambi.
Setelah meninggal Pangeran Tummenggung Kabul Dibukit, beliau digantikan oleh
anaknya Pangeran Mulo Agamo.
Sewaktu rejadi perubahan pimpinan di wilayah kerajaan Tanah Pilih Jambi, dimana Kerajaan Melayu Jambi berubah nama dengan Kesultanan Melayu Jambi, Pangeran Kedah gelar Sultan Abdul Kahar diangkat menjadi sultan yang memerintah dari 1615-1643 masehi kemudian digantikan oleh anaknya Sultan Abdul Jalil 1643-1665 masehi dan digantikan oleh Sultan Abdul Muhyi (Sultan Ingologo) pada tahun 1665-1690 masehik tidak diakui oleh penjajah Belanda, kemudian Belanda mengangkat Raden Candra menjadi Sultan.
Sewaktu rejadi perubahan pimpinan di wilayah kerajaan Tanah Pilih Jambi, dimana Kerajaan Melayu Jambi berubah nama dengan Kesultanan Melayu Jambi, Pangeran Kedah gelar Sultan Abdul Kahar diangkat menjadi sultan yang memerintah dari 1615-1643 masehi kemudian digantikan oleh anaknya Sultan Abdul Jalil 1643-1665 masehi dan digantikan oleh Sultan Abdul Muhyi (Sultan Ingologo) pada tahun 1665-1690 masehik tidak diakui oleh penjajah Belanda, kemudian Belanda mengangkat Raden Candra menjadi Sultan.
Kemudian, sejak
tahun 1664 masehi daerah Pucuk Jambi kruang dipedulikan oleh Rajo Melayuh Tanah
Pilih Jambi, sehingga pemerintahan langsung oleh para depati yang bersifat Uni,
daeri ini adalah Kerinci dan Merangin, sejak meninggalnya Pangeran Mulo Agamo
pada tahun 1664 masehi, semua urusan pemerintah berasal dari Depati diteruskan
ke Rajo melalui Jenang, sedangkan humum tetap dipegan oleh Kepala Adat seperti
sebelumnya.
Semenjak itulah kaum
Kadipan ini tidak mempunyai kedudukan yang pasti di daerah Kerinci dan
Merangin, dan sebagian besar mereka kembali ke kesultanan Jambi, dan keturunan
ini banyak pula yang merantau ke Malaysia dan banyak pula yang berhasil disana.
Mereka tidak mempunyai garis keturunan untuk diangkat menjadi raja di
Kesultanan Jambi karena tidak mengakar di daerah Pucuk Jambi dan mereka adalah
bagian dari keluarga kerajaan Jambi yang berkembang di daerah hulu, kemudian
yang kembali ke Jambi membaur dan berasimilasi dengan keluarga kerajaan, dan
dari sanalah timbul kembali pangeran yang diperhitungkan dalam keluarga
kesultanan Jambi
EmoticonEmoticon