Upacara adat di saat panen di Kumun
Sultan
Bagindo Tuo yang tinggal di Pudat Muaro Sakumai, Jambi di mudik Batang hari
kidea Ngeh Manalo lappaeh ka tarok manjo Su inik takuyung jatiuh, lpaeh
sapisak-pisak lappaeh pulao sualan balantak besi lappaeh durian ditakuk Rajo
Indra puro terus Kerinci Rendah Kerincin tinggi. Kerinci rendah yaolah tigo
diparuh:
1. Depati
Sitiang Nyato diamnyo di Tanoh Nah
2. Depati
Sitiang Btih diamnyo di Nalo
3. Depati Suko
Dirajo diamnyo di Lubuk gaung yang mmegang ayie nga Tigojure pian nan tigo
pucuk payao nga tigo kakai.
Kerinci
Tinggai Empat di ateh satu di tanah Kemuan.
1. Depati Maro
Langkak berdiam di Temiai
2. Depati
Ricung Tla berdiam di Pulau Sangka
3. Depati Biang
Sari berdiam di Pangasai
4. Depati Batu
Ampa bergelar Depati Atur Bumi berdiam di Puncak Hiang mendapat Kain empat
kabung yang mengatur Benapo nan delapan: yaolah tigo dimudik empat tanoh Rawang,
Tigo di Hilir empat tanoh Rawang.
4. Depati Empat
berdiam di Kemuan Sungai Panjang Mendapo Tungal (Daerah Otonomi)
Bakain
nungga mengatur tanah nan dijejak rajo, dari lubuk tumbuk duo menuju Palimo serupuk,
dari situ menuju Pematang kesik, menuju bukit melintang dan lari ke hilir saken
datuk cahayo hilang dipauh menuju lubuk jeluang dan dari situ menuju Sialang
belantak besi terus menuju bukit rupung. Dari batteo balahik sampai lubuk
Langkakak, bane tumbuk tigo, tungguk limo piguih sampae maho aie sangkih matai
dari bukit Sitinjau laut ke bukit rupung balik kelubuk tumbuk duo.
Dusun Kumun
adalah salah satu dusun dari 179 dusun di Kerinci dan mempunyai bahasa sendiri
dari 177 bahasa yang ada di Kerinci. Letak Geografis dusun Kumun, sebelah Utara
berbatasan dengan dusun Pondok Tinggi dan Sungai Penuh, sebelah Selatan Dusun
Tanjung Pauh, sebelah Timur Dusun Tanah Kampung dan sebelah Barat berbatasan
dengan bukit Tapauh.
Pada awal
berdirinya dusum Kumun yang disahkan oleh Sri Rajo Sri Pangeran Temanggung Kebul
di Bukit pada hari Ahad tanggal Selikur (21) Syakban tahun alih 1106. Dan
ditetapkan pula Sistem Pemerintahan serta batas-batas wilayah Kekuasaannya
Semasa dahulu kala tersebut betung
beringin seorang perempuan bernama Puti Blae Kenantah Lidah, dan seorang
laki-laki Tuanku Malidimse, orang berdua ini berasal dari Kemuan Bajambo Dewea,
orang berdua ini slae bak sihaeh, satamaik bak pina, hidup berladang dan
mencari ikan, kemudian turun kerenah mencari tempat bersawah, yang laki-laki
turun kerenah laut nan badakei yaitu daerah inang Puro dan yang perempuan lari
kerenah betung beringin, yaitu yang kita kenal sekarang ini adalah Koto Beringin,
disinilah beliau membuat tempat tinggal seorang diri.
Kemudian datanglah dua orang laki-laki
dari Pagaruyung yaitu Sultan Marda Apai bersama Ketip Sandi Indah Batuah yang
kita kenal sekarang dengan Nenek Mesjid Intan di Kumun, orang berdua ini
sementara menumpang tinggal dirumah Puti Blae Kenantan Lidah. Setelah Itu
beberapa lama Ketip Indah Sandi Batuah merasa tercela tinggal bersama perempuan
seorang diri, maka oleh sebab itu dirundinglah Puti Blae Kenantan Lidah kawin
dengan Sultan Mardo Apai, dengan perudingan tersebut kiranya orang berdua ini
suka sama suka, maka oleh Ketip Indah Sandi Batuah langsung dinikahkan, karena
bliau seorang ulama yang membawa Khotbah setinggi tegak dan beliau serahkan kepada
Puti Blae Kenantan Lidah dua laki isteri ini dijadikan pusaka, lama – kelamaan
dua laki isteri ini dikaruniai empat orang anak, yaitu :
1. THUK (Nenek
Dulaman Payang) yang menunggu Koto Beringin turun temurun.
2. Nenek Dewa Saleh dewa yang menunggu koto Pinang (Koto Lebu).
3. Nenek Pengenang Bumi yang menunggu Koto Tuo.
4. Nenek Jatui yang menunggu Koto Pandok.
2. Nenek Dewa Saleh dewa yang menunggu koto Pinang (Koto Lebu).
3. Nenek Pengenang Bumi yang menunggu Koto Tuo.
4. Nenek Jatui yang menunggu Koto Pandok.
Dengan berkembang biak peduduk yang
empat koto ini maka berdirilah mesjid Intan beratap Ijuk dan agama islam mulai
berkembang yang dipelopori oleh Nenek Ketip Indah Sandi Batuah, sementara pada
itu Asaek juga bertambah menjadi dipeka. Kemudian datang lagi Nenek Nyampai
Siau dengan Saeh Bajanguk Ira dari Pagaruyung mencari mamaknyo Sultan Mardo
Apai, maka bertemu di Koto Beringin, sedangkan Nyampai Siao orang yang arif
bijaksanao pandae basiao same ngangao, oleh Puti Blae Kenantan Lidah didukung
oleh anaknya yang menungu empat koto tadi maka Nenek Nyampai Siao diangkat
menjadi Mahkota Kumun.
Pada waktu itu Kumun dimasukkan dalam
Permantai nan sepuluh, jadi oleh Nenek Nyampai Siao menentang bahwa Kumun tidak mau memngikuti permantai nan sepuluh
karena Kumun mau berdiri sendiri dengan adanya pertentangan tersebut terjadilah
kebakaran diKoto Tuo Kumun dan sampai tabiu taha, oleh Nenek Nyampai Siao dan
Puti Blae Kenantan Lidah mengutuskan empat orang yaitu satu orang tiap-tiap
Koto untuk mengadukan hal ini ke Jambi, untuk mintak perlindungan kepada Raja
Jambi yang diutus :
1. Dari Koto
Beringin adalah Thuk
2. Dari Koto Tuo
......................
3. Dari Koto Pinang
.................
4. Dari Koto Pandok
adalah Jatui.
Syarat yang dibawa ke Jambi untuk
menemui Raja :
1. Abu dan arang
kebakaran Dusun.
2. Sirih saranao
lengkap dengan kemenyan putih.
Setelah Raja Jambi Pangeran Tumenggung
Kebal di Bukit mendengar pengaduan tersebut dengan bukti-buktinya, maka raja
memanggil Depati Atur Bumi di Hiang Tinggi untuk didenggar keterangannya, oleh
Depati Atur Bumi ternyata hal tersebut benar, maka Raja mengambil keputusan
Kumun tidak dimasukkan kedalam permantai nan sepuluhdan tidak ikut sidang di
Hiang Tinggi, jadi mulailah pada waktu itu Tegak sama tinggi, duduk sama rendah
dengan Depati Atur Bumi.
Kemudian Raja memberi pusaka kepada
utusan yang berempat :
1. Depati Galang
Negeri
2. Depati Nyato
Negoro
3. Depati Puro
Negoro
4. Depati Sempurno
Bumi Putih
Empat Depati
yang ngatur tanoh nan dijejak Rajo:
Ø Depati
Galang Negeri yang mengatur Keamanan dan pertahanan Negeri.
Ø Depati Nyato
Negoro bertanggung jawab menyampaikan penerangan.
Ø Depati Puro
Nagaro Selaku bendahara negeri dan bertanggung jawab dengan Keuangan.
Ø Depati
Sapurno Bumi Putih bertanggung jawab kepada segala keputusan serta yang
memutuskan
Tugas Ninek
Mamak yaolah: Mengajun mengarah, membentang mengilo, menyelesaekan nga kusauk
menjernihkan nga krauh, masauk pagui ngaluwa petta, anto jaiuh diula anto
dakkeak di paliharao.
Tugas Dapatai yaolah : Pucuk
adeak, Tapuk lambageo, gui tampek batuaik, balik tampek baburiteo.
Pusaka yang diberikan Oleh Jambi adalah :
Pusaka yang diberikan Oleh Jambi adalah :
1. Satu helai kain
tunggal
2. Satu buah keris
3. Satu buah pedang
4. Satu buah slak
dan piagam
5. Satu buah Kranta
Pusaka
yang diberikan ini tertulis dalam slak tahun 1106, kemudian utusan yang
berempat ini pulang, ditengah perjalanan yaitu disuatu tempat yang namanya
Sandaran Agung, utusan tersebut beristirahat selama tiga hari, maka dari sini
Depati Puro Negoro berpesan dalam angin kepada Nyampe Siao dan Puti Blae
Kenantan Lidah untuk dapat mengirim dua penjemput mereka dipondok Sandaran
Agung, menjemput rombongan dari Jambi dipondok sandaran Agung oleh Nyampai Siao
dengan Putri Blae Kenantan Lidah diutuslah dua orang utusan dari Koto Tuo dan
Koto Pandok.
Setelah
utusan yang berdua itu sampai, maka diserahkanlah pusaka kepada utusan dari
Koto Tuo, membawanya. Cara membawanya hendak
didukung bukannya berat, hendak dijinjing bukannya ringan, oleh utusan
nenek dari koto beringin memututuskan cara membawanya didukung dipangkukan yang mendukung atau membawa pusaka adalah
utusan dari Koto Tuo diiringi oleh Depati Puro Negoro dan Utusan dari Koto
Pandok serta Depati Galang Negeri dahulu dan dibelakang adalah Depati Sempurno
Bumi Putih bersama Depati Nyato Negoro.
Sesampai
sesampai di Koto Tuo disambut oleh Pati Balang Kenantan Lidah dengan Nyampai
Siao dengan breh saratauh, kbea sikao, utusan dari Koto Tuo yang membawa pusaka
dilantik menjadi nenek mamal dalam Luhah Puro Negoro dengan gelar Mangkau
Bangun Negorodan utusan dari Koto Pandak dilantik menjadi nenek mamak dalam
luhah Nyato Negarodengan gelar Mangkau Cayo Depati, dengan adanya Slak dengan
piagam Raja memerintahkan membangun dusun maka oleh Pati Balang Kenantah Lidah
bersama Nenek Nyampai Siao mengajun mengarah untuk menjadi dusun atas tanah
wilayah Depati Empat, maka lahirlah undang-undang negeri :
Undang-undang
Negeri :
1. Berdusun
berlaman
2. Berumah
bertangga
3. Berhulau
berkampao
4. Bersurau
bermesjid
5. Berparit
bersudut empat
Undang-undang
Isi Negeri :
1. Salah takaok,
lukao dipampaeh
2. Salah bunuh,
mati dibangun
3. Harta sarang
dibagi
4. Sekutu dibelah
5. Berutang dibayar
6. Piutang diterima
7. Salah dihukum
8. Bersalahan
dipatut
9. Berebut
diganggangkan
10.Gaib kalam Alloh SWT.
Untuk
pelaksanaannya terbitlah kato Sko bergilir, sandang berganti, maksudnya adalah
siapa yang menyimpan pusaka itulah yang menjadi Kepala Dusun disebut rumah
gedang, disini tempat menghukum, mendendo bededik betampi lumaek banyeak,
bakase sudeah, makan habis, memengal putus, api padea, puntuk ideak berasap
lagui, yang menghuni rumah gedang rumah pusako selaku mendapo hutan mendapo
tanah.
PIAGAM DUSUN KUMUN
Piagam dusun Kumun ini sangat unik,
karena memakai bahasa Melayu dan Jawa kemudian ditulis memakai huruf Arab
gundul. Hal ini membuktikan bahwa pada awal abad 17 atau pada tahun 1684 M
bertepatan dengan tahun 1106 H yaitu tahun dikeluarkannya piagam dusun Kumun.
“PIAGAM”
Wabakdhu kemudian maka diterangkan kepada
kembar rekan serapat depati dalam dusun kumun serto dipakai orang sri Pangeran
Sri Rajo yang duduk ditanah lebar.
Kepada kembar rekan serapat Depati dalam
dusun Kumun serto dipakai orang empat koto mentinyo.
Tatkala bagindo mengaruniakan Piagam ini maka
Sri baginda kurniakan hutan tanah baginda, kayu pendek kayu panjang serta anak
buah kemenakan sertra marah mentinyo Kemuan Sungai Panjang, seberang hujung
tanah lalu ke pauh Aro Nago, terus kesangkir mati lalu ke Bane tumbuk tigo
lepas kelubuk Jeluang sampai teluk Bungsu, lalu ke lubuk Langkakak menuju betung
balarik, bukit rupung aur badiwo.
Sehelai daun kayunyo , seekor ikannyo,
sekepal tanahnyo, seikat benang dipakai tenaga anak buah kemenakannyo. Mara
mentri serta cupak gantang, tandan dan seisinyo, sepanjang sepangkal lamonyo,
sepacung setapal dipilih dalam tanah Kemuan.
Wabakdhu, tiado boleh dilawan digagah oleh
marah mentrinyo serto cupak gantangnyo dan anak jantan anak batinonyo kalau
dilawan luka tidak berpampas, mati tidak babangun dan lagi dimakan sumpah sati,
tak boleh kamu berajo hitam berajo putih, kalu kamu berajo hitam berajo putih
menghadap mudik dimakan biso kawi, tidak perempuan mengandung. Hilir dimakan
kutuknyo Pangeran Temanggung Kebul di Bukit dan bertempat ditalang kayu jauh
adonyo.
Kepado bulan ruwah maka Pangeran bagindo
mengurniakan Piagam ini kepado Depati bentukkan Dusun.
Tamat Kalam surat Kemuan adonyo.
SLAK
SLAK :
Hijrah Nabi Sollalla Alihi Wasallam pada
tahun seribu seratus enam tahun alih, pada selikur (bhs jawa) hari
bulan Syakban pada hari Ahad...Pangeran Tamanggung Kebul di Bukit memberi juo
surat Piagam kepado, Depati Galang Negeri serta Depati Nyato Nagaro, serta
dengan Depati Puro Nagaro serta dengan Depati Sampurno Bumi Putih.
Semarah semantinyo, senadah satinyo, sepunjung sesuluhnyo, sehutan
setanahnyo,, pertama tanah perbatasannyo, sehulam sekampuk, anak menuju lubuk
tumbuk duo dari lubuk tumbuk duo menuju Palimo Serupuk dari Palimo Serupuk
menuju Pematang Kesik dari situ menuju bukit melintang dan lari ke Hilir saken
datuk cahayo dupati hilang dipauh menuju lubuk Jaluang dari situ menuju Sialang
belantak besi dari sialang belantak besi menuju bukit rupung dan
lagi yang dijejak rajo, oleh marah manti, anak jantan anak batino batang airnyo
Kemuan Sungai Panjang.
Sehelai daun kayu melainkan depati yang
berempat yang mengajun mengarah, merahmenti anak jantan anak batino, barang
siapa marahmentinyo atau anak jantan anak betino, atau meniadakan atau
memberatkan atau meringankan melainkan kena kutuk Pangeran Temanggung Kebul di
Bukit, barang siapa meniadakan juo itu melainkan duduk depati yang berempat
yang semenjak diduduk, semenjak yang besar diduduk besar oleh Depati yang
berempat dengan surat Piagam ini di Dusun Muara Masumai dan yang menyuratnyo.
Jenang (nama dalam bahasa jawa) serto serah dihadapan Depati Setio
Rajo Serto.
SKAO NGA TIGO TAKAH
1. Sko tunggane
2. Sko ninek
mamak
3. Sko dapatai
1. Sko
Tunggane.
Yaolah
Tunggak bagaikan satu rumah, nga ngurauh sagalo masalah, bakatao duliu sapatah,
bajalea duliu salangkah yadi imam panunggu tanjao. Ineh banamo anok yantea.
mako yang perempuan banamo anok batinao. Bakamba lapaik bakamba tika, bapiyuk
gaddea batungku yahea, kalu hauh magih ayae, kalu kalapo magih nasai ngusie
tunggane.
2. Sko Ninek
Mamak
Dari satu
prauk nga diambik teh leak ka indauk, dari babarapo prauk dinamaokan satu
kalbu, dari prauk-pauk itoh ditilaik disasak dijaramui, nalok satu-satunyo
tunggane dengea simba ikuo, nyaraih kukuk dikamukao ngusie 4 lurah (4 depati)
mintok restu.
3. Sko Dapatai.
Diambaik
dari babarapo kalbu, ditilaik ditanta di sasak di jaramui trauh di adeak ngusie
4 lurah.
1 komentar:
tolong cerita kuturan depati empat
EmoticonEmoticon