SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT KERINCI MELAWAN BELANDA 3

HALAMAN 3


Walau keadaan negeri relatif aman dan tidak ada gejolak peperangan, akan tetapi rasa sakit hati para hulubalang Pulau Tengah terhadap serdadu Belanda masih membara dan mereka menunggu saatnya untuk membuktikan keberanian mereka. Setelah menyelesaikan pekerjaan menggarap lahn lahan persawahan, para hulubalang dan para pejuang Dusun Pulau Tengah, pemangku adat, alim ulama dan masyarakat bersepakat untuk bersama sama menghancurkan Belanda yang telah menjadi musuh bersama dan harus dilenyapkan dari “ranouh alam Kincai”. Pada waktu bersamaan Depati Parbo sedang bertahan di daerah ulu air Lolo dibawah gunung kunyit. Pada suatu hari Depati Parbo dengan melakukan penyamaran sebagai sosok petani turun gunung menemui para hulubalang dan pemimpin perang rakyat Pulau Tengah, Depati Parbo datang untuk memberikan petunjuk dan mengatur siasat serta memberikan dukungan moral dan semangat kepada para pejuang Pulau Tengah untuk berjuang mati matian mempertahankan negeri Pulau Tengah yang merupakan Benteng terakhir dari sejarah perjuangan rakyat alam Kerinci.

H.Ismail seorang ulama terkemuka asal dusun Koto Tuo Pulau Tengah dan dikenal sebagai Imam perang mengomandani peperangan yang disebut perang Sabilillah mempertahankan agama dan tanah air. Untuk menjaga segala kemungkinan yang bakal terjadi para pejuang membangun 5 buah benteng pertahanan masing masing:

1. Benteng pertahanan pertama berada daerah Telaga antara Pulau Tengah­Jujun, benteng Ini dibawah pimpinan Bilal Sengak dengan beberapa tokoh pejuang yang siap tempur dan Berani mati.

2. Benteng pertahanan di Koto putih dengan hulubalang hulubalang dan Pemuda pilihan dipimpin H.Sultan dan didalam Benteng ini terdapat seorang orang tua bernama H.Mat Serak

3. Benteng ketiga berada di Lubuk Pagar yang  dipimpin oleh H.Husin dibantu Mat Pekat

4.  Benteng keempat merupakan Benteng pertahanan yang berada di Sungai Buai dibawah kepemimpinan Depati Gayur dan H.Syukur

5. Benteng kelima dipimpin seorang wanita bernama Fatimah Jura,Benteng ini berada dipinggir danau merupakan benteng per­ tahanan wanita..Benteng di Danau dibangun dari bambu yang telah diisi batu dan ditanam rapat disetiap muara.di Benteng ini semua wanita tanpa kecuali termasuk janda dan gadis harus bertahan di dalam benteng , kecuali kaum wanita yang memiliki anak usia balita yang diizinkan tinggal didalam dusun. 

Di Pulau Tengah dikenal banyak memilki Hulubalang hulubalang, diantara hulubalang yang pemberani terdapat nama nama seperti H.Mesir, Depati Gento Menggalo, Depati Mudo, H.Syafri. Sementara para hulubalang berlatih ilmu beladiri, sebagian diantara penduduk Dusun Baru danKotoTuo Pulau Tengah menggali Lobang sebagai tempat persembunyian dan tempat perlindungan bagi anak anak dan wanita, lobang lobang pengamanan tersebut juga dimanfaatkan untuk lumbung menyimpan  perbekalan makanan.

Beberapa Benteng pertahanan ada yang terbuat dari batu yang diperkuat dengan senjata lenting yang terbuat dari bambu dan dipasang ranjau jebakkan. Negeri Pulau Tengah memang sangat strategis dan merupakan salah satu basis perjuangan gerilya para pejuang dan Hulubalang, dibelakang dusun terdapat bukit bukit yang penuh dengan hutan lebat, air sungai mengalir bening dicelah bebatuan yang licin. dan dihadapan bukit terbentang danau Kerinci. Jalan jalan di daerah benteng pertahanan saat itu sangat sulit dilewati dan disepanjang areal perbukitan dijaga ketat oleh para hulubalang dan pemuda pejuang yang tangguh.

Negeri Pulau Tengah yang terdiri dari beberapa dusun merupakan ka­ wasan paling strategis bagi para pejuang untuk melakukan   perjuangan, para serdadu Belanda dalam berbagai peristiwa peperangan sangat kewalahan dalam menghadapi para hulubalang dan pejuang, rakyat Pu­ lau Tengah baik tua muda, pria wanita yang merasa cukup umur tanpa diperintahkan terjun lansung ke medan peperangan. Hampirdisetiap jalan dan titik vital selalu dijaga oleh para hulubalang hulubalang. Medan peperangan di kawasan Pulau Tengah sangat menantang, para hulubalang dari dusun dusun lain di luar Pulau Tengah yang belum puas menghadapi serdadu Belanda di dusun mereka masing masing, dengan semangat berkobar datang ke Pulau Tengah untuk bergabung bersama para hulubalang Pulau Tengah berperang menghadapi Belanda yang merupakan musuh bersama. Pada saat itu penduduk Negeri Pulau Tengah hanya berjumlah 2.000 orang, jumlah ini semakin bertambah dengan kehadiran ratusan hulubalang yang berdatangan dari setiap penjuru dusun di alam Kerinci.

Pembangunan benteng benteng pertahanan di Pulau Tengah berlansung selama 1 Bulan, setelah merasa cukup kuat Imam perang Pulau Tengah H.Ismail mengirimkan 2 orang utusan untuk menghadap Komandan serdadu Belanda yang bermarkas di Rawang untuk menyampaikan bahwa hulubalang dan pejuang pejuang Pulau Tengah menyatakan secara terbuka siap melawan Belanda. Mendengar ucapan utusan dari Pulau Tengah, maka Overste Bense mengirim surat kepada pimpinan pejuang di Pulau Tengah yang intinya memerintahkan agar senjata segera dikumpulkan dan diserahkan kepada Belanda, kontan para pejuang dalam suratnya dengan tegas menolak untuk menyerahkan senjata kepada Belanda.

PERANG PULAU TENGAH  MEMBARA

Catatan Sejarah yang ditulis dalam buku Depati Parbo Panglima Perang Kerinci (1972 : 33­ 37) tanggal 27 Mei 1903 Serdadu Belanda mulai melancarkan serangan dari tiga jurusan. Jurusan pertama bergerak dari Sandaran Agung terus ke Jujun, Pasukkan penjajah Belanda membidik sasaran ke Benteng Telaga yang dibawah pimpinan Bilal Sengak. Dari arah rawang Belanda menyerang dua benteng pertahanan yakni benteng Sungai Buai dan Lubuk Pagar masing masing dibawah pimpinan Depati Gajur dan H.Syukur dan H.Husyin bersama Mohd.Pekat. Pertempuran antara pasukan Pejuang yang melibatkan para hulubalang, alim ulama, pemuka adat, pria dan wanita dewasa berhadapan dengan pasukan Belanda di Pulau Tengah merupakan perang terbesar dan memakan waktu yang cukup lama serta menelan korban jiwa beratus ratus masyarakat tak berdosa terutama anak anak balita dan wanita lanjut usia. Catatan se­ jarah menyebutkan pertempuran di Pulau Tengah memakan waktu lebih 6 bulan, dimulai pada bulan Mei 1903 dan berakhir November 1903.

Pertempuran antara pejuang Pulau Tengah dan Serdadu Belanda pada prinsipnya terjadi setelah diawali dengan undangan untuk ber­ perang yang dlakukan oleh pihak Pejuang Pulau Tengah kepada pihak Belanda. Tokoh tokoh adat, hulubang serta masyarakat Pulau Tengah merasa sangat tersinggung atas sikap Belanda yang mengejek orang Pulau Tengah ”sebagai anak Betino Lolo”. Para pejuang dan masyarakat Pulau Tengah yang terdiri dari Dusun Baru, Koto Tuo dan Koto Dian sebelum mengundang Belanda berperang terlebih dahulu mengadakan rapat di Mesjid Tuo Pulau Tengah. Rapat dipimpin H.Ismail yang baru kembali dari Kedah­Malaya (sekarang dikenal sebagaiMalaysia). H.Ismail dengan orasinya yang berapi­api membakar semangat masyarakat dan Pejuang Pulau Tengah agar berjuang hingga tetes darah penghabisan demi mempertahankan agama dan Tanah Air. Orang orang Kafir dan kaum Musrik yang ingin menjajah dan merampas kedaulatan Negeri harus Ditumpas melalui Perang Sabillihhah atau “melakukan  “Jihad”.

Pihak Belanda yang menerima tawaran dan undangan berperang yang ditawarkan oleh Pejuang dan Hulubalang Tengah menyambut dingin tawaran itu, namun Overste Bense justru membalas surat dari para pejuang Pulau Tengahyang intinya meminta agar para pejuang Pulau Tengah agar meletakkan senjata dan bekerja sama dengan Belanda. Akan tetapi pihak pejuang tidak menggubris surat yang disampaikan oleh Overste Bense dan H.Ismail yang saat itu memimpin para pejuang kembali membalas surat yang intinya menolak permintaan  Belanda, rakyat dan Pejuang Pulau Tengah siap mempertaruhkan jiwa dan raga demi menjaga dan melindungi negeri Pulau Tengah dan alam Kerinci.

Mendengar jawaban itu Belanda mempersiapkan tentaranya untuk bersiap menyerang Pulau Tengah. Sebuah catatan menyebutkan Pihak Belanda memberikan hadiah kepada 2 orang penduduk pribumi untuk membantu Belanda menyelidiki jalan yang baik untuk menyerang Pulau Tengah. Perjalanan dillakukan dari dua arah yakni dari arah utara melalui jalan darat melintasi kumun–Semerap langsung menuju sasaran. Dari arah timur melalui jalur sungai menggunakan perahu melintasi Danau Kerinci.

Pertempuran di Pulau tengah antara para hulubalang dan pejuang dengan pihak Belanda memiliki beberapa latar belakang yang komplit dan berbeda dengan kisah pertempuran di daerah lainnya. Peperangan yang terjadi di daerah Pulau tengah antara lain disebabkan karena para pejuang di Pulau tengah merasa terhina oleh ejekkan serdadu Belanda yang mengejek dengan kata kata ”orang Pulau tengah orang penakut dan dianggap sebagai perempuan dari Lolo”, ejekkan inilah yang merupakan salah satu factor pemicu utama yang mendorong para hulubalang dan masyarakat merasa tertantang dan ingin membuktikan siapa yang lebih jantan dari mereka.

Penyebab lain marahnya orang Pulau tengah karena Belanda karena telah memerangi rakyat Kerinci dan ingin menjajah bumi Alam Kerinci, banyaknya korban yang berjatuhan di medan pertempuran di sejumlah dusun dusun di Alam Kerinci, serta perbedaaan agama me­ rupakan pemicu yang ikut menyulut api peperangan di Pulau Tengah. Para hulubalang dan tokoh masyarakat Pulau tengah yang tergabung dalam kaum empat jenis yang saat itu berasal dari dusun baru, dusun koto tuo dan dusun koto Dian melakukan rapat yang dipusatkan di dalam masjid kuno pulau tengah dengan dipimpin Haji Ismail, menghasilkan 3 keputusan penting yakni :

1. Hulubalang dan pejuang serta masyarakat Pulau Tengah mengundang Belanda untuk berperang di Pulau Tengah.

2.  Memerintahkan semua komponen masyarakat termasuk Ulama, Tokoh adat, Hulubalang, para pemuda, serta segenap masyarakat yang berada di Pulau Tengah untuk angkat senjata dengan terlebih dahulu melakukan persiapan untuk keperluan perang antara lain menyiapkan senjata pedang, senjata api rakitan, keris,jerat lenting, membangun Benteng pertahanan, mempersiapkan perbekalan berupa makanan dan membuat lubang lubang perlindungan bagi wanita, anak anak dan manula.

3. Seluruh masyarakat di Pulau Tengah yang meliputi masyarakat 3 Dusun beserta para Hulubalang, Tokoh adat , Ulama serta anak jantan dan anak betino mengikrarkan Sumpah sanggup berperang dengan Belanda hingga tetes darah terakhir.

Benteng Pertahanan Pejuang Pulau Tengah di Lubuk Pagar yang dipimpin Haji Husin dan Mat Pekat, Benteng yang berada di lereng bukit yang terjal ini dijadikan sebagai markas pertahanan untuk menangkis serangan musuh dari arah utara (Semerap) Benteng ini pada masa pertempuran sangat strategis dan sulit ditembus oleh pihak musuh. Dari arah Benteng Lubuk Pagar para pejuang dengan leluasa menjebak serdadu Belanda dan dengan taktik perang gerilya berhasil memukul mundur musuh. Sementara senjata “Jerat Lenting yang terbuat dari bambu dengan cara membengkokkan ujungnya sampai ke tanah dan diberi tali, namun ketika musuh mendekat, maka talinya dilepaskan dan ujung bambu yang diberi senjata akan melenting dan mengenai musuh.

Senjata lentingan ini menurut tokoh masyarakat setempat mampu menewaskan puluhan serdadu Belanda. Pihak pejuang dan hulubalang juga melakukan pembangunan benteng pertahanan dari bambu yang disusun batu dan tanah yang diberi lubang tempat mengintai musuh,di sepanjang Sungai Buai dan dipinggiran danau Kerinci dipasang ranjau dari bambu runcing, dan ternyata pertahanan ini tidak dapat diterobos oleh serdadu Belanda, puluhan serdadu serdadu Belanda tewas dengan mayat bergelimpangan di sepanjang Sungai Buai yang muaranya berada di pinggiran Danau di kawasan dusun baru.

Dalam sejarah perjuangan dan pertempuran yang terjadi di basis­basis perjuangan di nusantara, hanya basis perjuangan di Pulau Tengah Alam Kerinci yang agak “uniek”. Pertempuran yang terjadi di daerah ini diawali oleh “Undangan Perang” yang disampaikan tokoh pejuang Hulubalang dan disampaikan secara khusus oleh utusan khusus Panglima Perang Pulau Tengah H.Ismail yaitu Ali Akbar Gelar Rio Indah dan Haji Iskak, berisikan “Rakyat Pulau Tengah tidak mau tunduk kepada Pemerintahan Belanda, dan siap untuk melakukan perang di Pulau Tengah.

Surat yang dibawa utusan khusus (Kurir) dibawa ke Rawang dengan maksud diberikan kepada Tuanku Regen yang oleh pejuang dianggap telah berkhianat terhadap perjanjian Sitinjau Laut, namun pada saat surat akan diserahkan di Rawang, ternyata Tuanku Regen sedang berada di Daerah Semurup untuk mengatur siasat memadamkan api perlawanan rakyat di Siulak.Di semurup surat undangan Perang disampaikan langsung kepada Tuanku Regen, oleh Tuangku Regen surat tersebut selanjutnya diserahkan kepada pihak penguasa Belanda, dan pihak Belanda yang menerima surat undangan Perang merasa heran, sebab selama ini jika Belanda ingin menduduki suatu daerah pihak Belanda langsung melakukan penyerangan, tapi kali ini justru mereka yang diundang untuk melakukan  pertempuran.

Menanggapi surat Undangan perang yang disampaikan Panglima Perang Pulau Tengah, awalnya Overste Bengse” menanggapi secara dingin, bahkan pihak Belanda justru membalas surat yang intinya”agar masyarakat Pulau Tengah untuk tunduk kepada Belanda dan segera menyerahkan semua persenjataan kepada pihak Belanda. Namun setelah surat balasan dari Belanda diterima oleh Haji Ismail, kembali H.Ismail menyurati Belanda yang intinya ”Pulau Tengah tidak akan meletakkan senjata, Pulau Tengah tidak akan menyerah kepada Belanda, Rakyat Pulau Tengah siap berperang demi mempertahankan tanah air..............BERSAMBUNG KE HALAMAN 4

HALAMAN 3

1 komentar:

dua hulubalang Lempur yang meninggal di Benteng Batu Renah Manjuto bernama Kari Maadi dan Tinting.


EmoticonEmoticon