Jambi, Petugas pendataan seni budaya tradisional dari Taman Budaya Jambi mengungkapkan
bahwa silat tradisional Harimau Kumbang asal Kerinci masih ada dan belum punah
karena diwariskan kepada generasi muda.
"Kami bersyukur
jurus silat yang semasa perang perlawanan terhadap penjajahan Belanda pada 1903
di Kerinci dipimpin Depati Parbo, itu adalah salah satu ilmu beladiri lokal
yang paling ditakuti Belanda ternyata keberadaannya masih ada," kata
budayawan yang bertindak petugas pendataan Taman Budaya Jambi, Azhar MJ, di
Jambi, Selasa.
Dikatakan Azhar, karena
gentar dan kuatirnya Belanda akan ilmu Harimau Kumbang ini, berikutnya ketika
perlawanan Depati Parbo dan rakyat Kerinci berhasil dipadamkan, dan Depati
Parbo ditipu dengan ajakan perundingan namun akhirnya ditangkap dan selanjutnya
di buang ke Ternate ilmu silat tradisional itu dimusnahkan Belanda.
Oleh Belanda silat ini
dilarang sepenuhnya untuk dipelajari atau diwariskan, para pendekarnya diburu,
ditangkap, dipenjarakan, dihukum mati dan dibuang atau diasingkan, hingga
akhirnya keberadaan silat ini benar-benar menghilang dari kehidupan masyarakat
setempat.
"Untuk diketahui
perlawanan Depati Parbo dan rakyat Kerinci berhasil dipadamkan setelah Belanda
menambah pasukannya dari Sumbar dan Jawa Tengah dimana di kedua daerah itu
perlawanan Tuanku Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro sudah terlebih dahulu
berhasil mereka padamkan dengan cara yang sama liciknya, yakni
perundingan," ungkap Azhar.
Semenjak
pascaperlawanan itu lah ilmu silat tradisional itu tidak pernah lagi terdengar
pernah ada, namun ternyata kini keberadaannya masih ditemukan di desa asal
silat tersebut yakni di desa Jujun kecamatan Keliling Danau kabupaten Kerinci.
Menurut Azhar, ilmu
silat Harimau Kumbang ini, tidak hanya berupa ilmu olah kanuragan berupa
jurus-jurus silat, namun juga terdiri dari beberapa unsur lainnya yang
melengkapi, seperti dua macam tarian dan pencak, dua macam atraksi tontonan,
tiga macam mantra dan ilmu kebathinan, serta yang utama tiga macam jurus silat.
"Ke semua macam
ilmu tersebut ternyata hingga saat ini masih ada di desa Jujun itu, namun
sayangnya sang pewaris seni silat tradisi dari tokoh Datuk Panglima Kumbang
yang pada masanya dulu sangat disegani kawan dan dan ditakuti Belanda tersebut
usianya sudah sangat uzur," kata Azhar.
Bahkan, tambahnya, oleh
keluarganya beliau masih diminta untuk merahasiakan ilmu turunan dan titisan
tersebut, beliau masih terus dilarang untuk menceritakan, memperagakan apalagi
mengajarkan ilmu pusaka yang sangat disakralkan tersebut.
"Namun setidaknya,
kabar masih adanya tradisi ini sudah cukup menyenangkan, karena ini menjadi
bukti tingginya peradaban masyarakat Kerinci di masa lampau, tidak saja pada
masa purba Megalitikum, tapi juga pada masa perlawanan terhadap penjajah Belanda.
EmoticonEmoticon